Oleh : Bagindo Yohanes Wempi
Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, serta diikuti juga ketegangan NATO dan Rusia telah memicu naiknya harga-harga dan hilangya barang di pasar komoditas. Harga sejumlah produk pertanian (tanaman pangan dan hortikultura) melanjutkan kenaikan yang sudah berlangsung sejak medio 2021. Juga akibat gangguan rantai pasok, efek domino pandemi covid-19.
Mengutip situs tradingeconomics, harga gandum berjangka Chicago meroket ke level tertinggi 9 tahun pada sesi perdagangan Minggu lalu, Februari 2022. Untuk setiap bushel (setara 27,21 kg) harga gandum melonjak menjadi US$ 8,635.
Menyusul kecemasan pasar akibat eskalasi intensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina, serta sangsi ekonomi yang dilakukan Amerika terhadap Rusia.
Padahal, Ukraina dan Rusia berperan hingga 30% terhadap ekspor gandum dunia.
Sehingga, ketegangan tersebut akan bisa memantik gejolak di tengah ketatnya pasokan tananaman pangan dan hortikultura tersebut. Belum lagi, produksi Amerika Serikat (AS), sebagai produsen terbesar kedua dan ketiga gandum dunia, diprediksi menurun.
Dimana total stok gandum Kanada tahun 2021 susut 30% dibandingkan tahun lalu. Akibat kekeringan. Selain gandum, jagung juga melonjak ke rekor 33 minggu menjadi US$ 6,77 per bushel.
Tensi Ukraina dan Rusia memicu kekhawatiran pasar soal jaminan pasokan dari kedua negara tersebut. Pasalnya, Rusia dan Ukraina memasok hingga seperlima perdagangan jagung global. Tensi yang memburuk dikhawatirkan mengganggu pasokan jagung dunia.
Sementara, USDA sendiri memangkas prospek produksi gandum dunia menjadi 302,2 juta ton. Di sisi lain, Brasil dan Paraguay dikabarkan menghadapi gangguan cuaca kekeringan. Lalu bagaimana dampaknya negatif dan positif keIndonesia, termasuk Sumatera Barat?.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, berdasarkan kode HS 2 digit, komoditas yang alami peningkatan nilai impor terbesar di Januari 2022 dipimpin kelompok serealia atau tanaman biji-bijian, dengan kode HS-10.
Peningkatan tertinggi dibandingkan Desember 2021 itu pada komoditas serealia dengan peningkatan US$130,3 juta. Kemudian gula dan kembang gula atau HS-17 meningkat US$96,1 juta. Kemudian, biji dan buah mengandung minyak meningkat US$66,6 juta.
Dari pemberitaan media yang Penulis baca bahwa Asosiasi Produsen dan KADIN Indonesia menilai, lonjakan harga gandum, jagung dan komoditi tanaman pangan dan hortikultura secara umum memang sudah terjadi sejak tahun 2021.
Sementara itu dampak riil peternak ayam di awal Januari 2022 sudah mengeluhkan lonjakan biaya sarana produksi. Diantaranya, harga pakan yang melonjak menyusul kenaikan harga jagung.
Sepertinya anomali yang sama seperti tahun 2021. Panen tapi malah berebut, (harga jagung) jadi naik. Harga gandum dan jagung sudah melonjak. Gandum berjangka yang diperdagangkan di Chicago telah melonjak sekitar 12% sejak awal tahun ini, sementara jagung berjangka melonjak 14,5% pada periode yang sama.
Maka kenaikan harga gandum akan berdampak pada konsumen di Indonesia, mengingat gandum merupakan bahan baku dari produk pangan seperti mi instan dan terigu. Indonesia sendiri merupakan negara pengonsumsi mi instan terbesar kedua di dunia, dengan total 12,6 miliar porsi setiap tahunnya. Dampaknya harga bisa naik, berat bersih produk berkurang, atau menurunkan kualitas.
Jika kenaikan harga bahan pangan impor seperti jagung, gadum dan kedelai diindonesia terjadi akibat perang Rusia vs Ukraina, serta sangsi NATO, maka disinilah kebijakan dan peluang Indonesia dan Sumatera Barat melaksanakan substitusi barang dilakukan yang bersumber dari potensi Indonesia dan Sumatera barat.
Substitusi barang impor tersebut seperti gandum bisa digantikan dengan beras, sagu dan ubi kayu. Kedepan petani dipaksa untuk bisa bertanam padi, sagu, ubi kayu untuk mencukupi kebutuhan kelangkan tanaman pangan dan hortikultura maka harga mahal dan petani sejahtera. Sedangkan jagung bisa dilakukan peningkatan produksi dengan petani diberi kebijakan khusus untuk menanam jagung melalui penanaman serentak dan sekala besar-besar. Jika peluang ini bisa diambil maka peluang pemasaran tidak masalah lagi[*].