Oleh : Musfi Yendra
Bagi mahasiswa nilai berupa huruf. A,B,C,D,E. Keberhasilan dan kegagalan ditentukan huruf.
A sangat baik. Baik baik. C Sedang. D buruk. E sangat buruk.
Ada juga makna lain. A aahh hoki atau beruntung. B bagus dan lumayan. C cukuplah. D degradasi, semester depan ulang. E eeh langsung pingsan. Hehehe
“Pak, kok nilai saya C? Apa bisa saya perbaikan nilai,” whatsApps seorang mahasiswa ke saya.
“Anda harusnya gagal. Tugas ujian akhir yang anda kirim ke saya bukan tentang matakuliah yang saya ampu. Tapi anda pura-pura tidak tahu aja. Sekarang baru komplain,” jawab saya.
Mahasiswa saya ini seorang pejabat publik, anggota legislatif.
“Kalau anda mau perbaiki nilai silahkan ulang semester depan saja. Anda itu wakil rakyat, harusnya memberikan contoh yang baik buat diri anda sendiri, dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan,” kata saya lagi.
“Maaf Pak. Siap salah,” jawabnya.
Antara nilai berupa huruf dan nilai kepribadian sangat berbeda.
Nilai kepribadian adalah sesuatu yang dijunjung tinggi dalam kehidupan. Kejujuran, moral, estetika, etika, relijius sebentuk nilai kepribadian.
Nilai A,B,C,D,E adalah kompetensi. Jujur, bermoral, beretika, taat adalah karakter.
Kompetensi tanpa karakter ini bahaya. Untuk mendapatkan nilai A tanpa kejujuran bisa diakali; contek, copy paste, plagiat.
Orang berpendidikan tinggi, tapi korupsi. Masuk bui.
Seorang OB di sebuah bank menemukan uang nasabah tertinggal ratusan juta, ia kembalikan, inilah buah karakter.
Kompetensi di jenjang pendidikan tuntas sampai S3. Karakter? Sampai mati tidak cukup waktu mempelajarinya.
Sebagai orang tua, kami mencari sekolah yang tidak menggunakan nilai A B C D E untuk anak. Apalagi yang merangking anak juara 1,2,3 dan seterusnya.
Bahkan kami sekolahkan anak di tempat yang tidak mengeluarkan ijazah sebagai hasil akhir belajar.
Setiap anak adalah sang juara. Anak adalah anugerah dan karunia terindah. Maka nilai yang ditanamkan sejak dini kepadanya adalah nilai kepribadian.
Adab. Akhlak. Perilaku. Dan ilmu.
Ijazah? Jika butuh juga bisa ikut ujian kesetaraan. (*)
