Oleh : Labai Korok Piaman
Tempat yang paling istimewa bagi masyarakat datang ke Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat adalah berkunjung ke kantor Gubernur dan ke Istana Gubernur. Jika ada masyarakat yang jauh disana, di pelosok Nagari datang menemui Gubernur di kantornya atau kekediamannya akan tumbuh kebanggaan tersendiri.
Sehingga bagi yang berkunjung ke sana secara formal aturan harus mengikuti protokoler atau aturan yang ketat sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Mau ketemu atau berkunjung harus melalui tahapan-tahapan keamanan VVIP.
Namun dimasa Buya Mahyeldi memghuni Istana Gubernuran tersebut tidak ada lagi sakralitas yang membuat enggan orang datang menemui Gubernur. Beberapa Kali kerumah ke istana Gubernur mau ketemu Buya Mahyeldi tanpa protokoler bisa. Tanpa mengikuti aturan yang sudah diatur.
Ketemu Gubernur Sumbar cukup datang di Subuh hari, sambil sholat berjamaah dengan Buya Mahyeldi atau hadir ke istana ketika jadwal sholat masuk. Jika Gubernur Sumbar ada di istana dipastikan akan bisa bertemu langsung untuk mengobrol atau berdiskusi.
Kebiasaan Buya Mahyeldi jika sholat masuk maka jadwal dikosongkan, waktu untuk sholat berjamaah dengan semua jamaah yang hadir, apakah pegawai Istana, tamu, masyarakat numpang sholat atau petugas lain.
Disini waktu semua orang bisa berdiskusi, bertanya baik diskusi tentang agenda Pemerintah Daerah, program-program atau bertanya masalah isu-isu yang akhir-akhir ini hangat di Sumbar ini. Pengalaman Penulis selalu bisa dilakukan dengan beliau.
Disaat ini tidak ada istilah media viral sekarang Gubernur Sumbar tidak bisa diwawancarai. Bertemu dimomen ini tidak ada ajudan, tidak ada orang yang menghalang-halangi semuanya bebas. Memang tauladan Nabi Muhammad. SAW selalu mencontohkan bahwa Rasulullah dengan ummat banyak agenda ditempat Ibadah.
Jadwal sholat, baik sebelum masuk dan sesudah sholat memang dimanfaatkan bagi Gubernur Sumbar untuk dekat dengan semua tanpa protokoler atau aturan ajudan. Terkadang saking indahnya momen ini, Gubernur pun bisa tertidur disurau Istana Gubernuran yang dibangun oleh Gubernur sebelumnya.
Sesekali ada foto Buya Mahyeldi tidur lelap nyenya didalam surau Istana tersebut. Ada juga foto menerima proposal masyarakat, memberi tanda tangan untuk Kepala Dinas yang butuh kerja atau ingin cepat merealisasikan program.
Momen Buya Mahyeldi di surau ini beda dengan momen Gubernur Sumbar dilapangan, atau dikantor. Dilapangan Gubernur Sumbar sudah punya jadwal ketat, sudah punya agenda, atau acara semua penting. Sehingga untuk mencapai target pelayanan prima terkadang Gubernur seperti sombong atau mengelak untuk bertemu dengan masyarakat atau diwawancarai wartawan.
Ajudan pun dilapangan karena terikat dengan aturan protokoler terpaksa bersikap sedikit arogan atau terkesan membatasi. Itu kondisi Buya Mahyeldi dilapangan perlu dipahami oleh semua. Itu kelemahan protokoler jika dilapangan yang diatur undang-undang.
Maka menurut Penulis mari sama-sama sholat berjamaah dengan Gubernur Sumbar setiap waktu agar bisa berdiskusi panjang lebar, agar tidak ada sak wasangka Gubernur Sumbar membatasi hal-hal yang sedang viral sekarang[*].